Kelas menengah sering disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Mereka berkontribusi besar dalam konsumsi domestik dan jadi sumber utama penerimaan pajak. Tapi saat krisis ekonomi datang, mereka justru jadi salah satu kelompok yang paling rentan.
Kenapa begitu? Ini tiga alasan utamanya.
1. Penghasilan Stabil tapi Tidak Tumbuh
Banyak orang kelas menengah punya penghasilan tetap, tapi pertumbuhannya stagnan. Gaji naik sedikit, tapi biaya hidup naiknya lebih cepat, mulai dari sewa rumah, uang sekolah, sampai kebutuhan pokok. Karena penghasilan tidak bertumbuh, mereka jadi sulit meningkatkan kualitas hidup, apalagi menyiapkan masa depan. Semua terasa cukup untuk hari ini, tapi tidak cukup untuk besok.
2. Terjebak di Gaya Hidup “Nanggung”
Kelas menengah punya akses ke fasilitas modern, pakai kendaraan pribadi, langganan layanan digital, sesekali staycation. Tapi banyak dari itu dilakukan dengan cara mencicil, bukan dari dana yang benar-benar tersedia. Tanpa sadar, mereka hidup di antara kebutuhan dan keinginan, dan sering kali sulit membedakan keduanya. Begitu krisis datang, gaya hidup yang sudah biasa dijalani harus dipangkas cepat-cepat, dan itu nggak gampang, baik secara mental maupun keuangan.
3. Minim Perlindungan, Tidak Dapat Prioritas
Saat krisis datang, kelompok ekonomi bawah biasanya dapat bantuan, sementara kelompok atas sudah siap dengan perlindungan sendiri. Kelas menengah sering kali terjebak di tengah. Mereka nggak dapat bantuan, tapi juga belum siap sepenuhnya secara keuangan. Kalau ada kejadian besar, seperti kehilangan pekerjaan, anggota keluarga sakit, atau biaya bunga KPR naik drastis, pilihan mereka cuma satu: habiskan tabungan, jual aset, atau berutang untuk bertahan.
Saatnya Kelola Keuangan Lebih Cerdas Lewat Aplikasi Bank Digital
Menjaga stabilitas keuangan di tengah tekanan ekonomi bukan perkara mudah, apalagi buat kamu yang berada di kelas menengah. Tapi justru karena posisinya yang serba di tengah, penting untuk mulai membangun sistem keuangan yang lebih tangguh, fleksibel, dan bisa kamu kontrol sendiri.
Salah satu langkah awal yang realistis adalah memanfaatkan aplikasi bank digital yang dirancang untuk bantu kamu mengatur uang dengan lebih cerdas. Krom Bank hadir sebagai jawaban untuk kebutuhan ini. Selain memberi bunga tabungan hingga 6% dan Deposito Berjangka dengan bunga sampai 8,75% per tahun, Krom Bank juga memungkinkan kamu mengelola banyak tujuan keuangan lewat fitur 40 tabungan dan deposito yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Tanpa biaya admin bulanan, gratis transfer hingga 100 kali per bulan, dan juga aman. Sebagai aplikasi bank digital yang diawasi oleh OJK dan Bank Indonesia, serta menjadi peserta penjaminan LPS, Krom Bank bisa jadi alat bantu yang relevan untuk menjaga daya tahan keuangan kamu di tengah kondisi yang nggak selalu bisa diprediksi.
Karena kadang, bertahan bukan soal besar kecilnya penghasilan, tapi seberapa baik kamu mengelola dan melindunginya.